Monday, July 13, 2015

Bentuk yang Lain

Jadi, sudah beberapa waktu belakangan, saya balik lagi ke hobi awal: baca buku. Hobi ini sempat tergerus oleh drama-drama Korea (masih belum nonton The Producer nih :() dan variety show Korea (Running Man semakin membosankan, menurut saya). So, karena adanya peer and work pressure - secara kerja juga di lingkungan akademis jadi kalo ga baca banyak akan semakin terlihat bego - saya mulai baca-baca lagi, baik yang berhubungan dengan ilmu komunikasi atau yang lain.

Suatu hari, ada teman (bukan teman hidup, red) menitip dicarikan buku ke Pasar Buku Wilis ke toko langganannya. Buku yang dia cari nggak dapat, malah saya yang sibuk sendiri cari-cari buku. Di toko ini, mostly menjual buku yang nggak umum alias jarang ada di toko buku lain. Setelah ngubek-ngubek, akhirnya saya beli buku 'Dunia, Manusia, dan Tuhan', buku antologi tentang filsafat ketuhanan. Buku ini merupakan kumpulan artikel dari para pastor SJ (Serikat Jesuit) tentang agama dari sudut pandang filsafat. On the other topic, kalau berbicara tentang ordo Serikat Jesuit, sejauh yang saya tahu, Romo-Romo yang berada di bawahnya memang banyak yang fokus ke ajaran filsafat (tanpa mengesampingkan teologi (?)). Salah satunya adalah Romo Haryatmoko - yang untungnya saya pernah bertemu langsung - waktu itu saya hadir di kuliah umum beliau tentang wacana kekuasaan Michael Foucault.

Dari sekian banyak tulisan, ada satu tulisan yang menarik perhatian saya (atau lebih tepatnya sih yang saya mengerti, karena lainnya terlalu rumit) dan memberikan gambaran secara gamblang tentang apa yang menjadi keresahan buku ini. Dalam artikel yang berjudul 'Manusia dalam Ateisme Modern', Romo Tjahjadi mengupas tentang pemikiran ateisme dari the founding fathers : Marx, Feuerbach, Sartre sekaligus antitesis yang beliau wacanakan. Sintesis yang saya temukan adalah, bahwa sebenarnya ateisme adalah bentuk agama yang lain. Istilah gampangnya, men-Tuhankan manusia. Lalu saya jadi berpikir, apa bedanya pemeluk-agama-tertentu fanatik dan ateis fanatik? Tidak ada. Keduanya sama-sama mengimani sosok/rupa/bentuk tertentu sebagai 'penanggungjawab' akan apa yang terjadi di alam semesta. Tuhan versus ilmu (yang jelas merupakan hasil konstruksi manusia). Tapi, kembali lagi ke tesis yang diajukan Feuerbach: bukankah Tuhan juga merupakan konstruksi pikiran manusia?


Memikirkan ini, kok jadinya setara dengan pertanyaan 'duluan ayam atau telur ya?'

Sunday, July 12, 2015

Mantra

Jika kebodohan dapat membuatku
jatuh berkali-kali ke lenganmu
aku akan memilih
jadi tua dan dungu


(Andi Gunawan dalam 'hap!')