Wednesday, November 2, 2016

Terkait Aksi 4 November

Jika umat Muslim melakukan demo karena ada orang Kristen yang dianggap melakukan penistaan agama, lalu apa kabar dengan kami yang seringkali dibilang 'kafir' dan 'ajaran sesat'?

Kalau dibilang tersinggung, bukankah seharusnya kami sudah lebih dulu tersinggung?


Kalau kami tidak melakukan apa-apa, bukan berarti kami tidak marah. Namun karena hanya ingin mengamalkan ajaran Yesus yang diajarkan kepada umat-Nya melalui doa Bapa Kami '....seperti kami mengampuni orang yang bersalah kepada kami....' :)



Saturday, October 29, 2016

Things That Make Me Happy Today

Karena domisili saya sekarang adalah di Jogja dan suami bekerja di Sidoarjo sedangkan rumah kami berada di Malang, maka mau tidak mau kami harus menjalin hubungan jarak jauh. Jauh waktu pacaran sudah biasa, tapi beda rasanya kalau jauh setelah sudah menikah :(. Jika memungkinkan, saya usahakan setiap weekend selalu pulang ke Malang, atau menjenguk suami ke Sidoarjo kalau dia pas lembur. Tapi weekend ini saya stay di Jogja karena 2 minggu kemarin sudah remuk PP Jogja-Malang/Sidoarjo.

Agar weekend kali ini tidak gloomy (karena kangen suami), maka saya coba berpikir positif dan me-list, kira-kira hal apa yang membuat saya senang hari ini.

1. Bisa bangun pagi dan olahraga, setelah sebelumnya hanya wacana belaka
2. Sarapan lontong opor dan telur
3. Punya waktu me-time dengan mengerjakan tugas di perpus
4. Baru saja men-download film Idiocracy, nanti malam akan menontonnya
5. Nanti sore akan ke Festival Korea dengan teman kos
6. Bersyukur bisa makan, walaupun gusi bengkak gara-gara gigi bungsu selama seminggu terakhir


Semoga weekend kali ini menyenangkan :)

Thursday, October 27, 2016

Wedding Preparation Journey (including vendor review in Malang) Part 1

Halo! Rasanya sudah lamaaa sekali sejak terakhir meng-update blog ini. Akhirnya sekarang ada waktu juga untuk menulis ini itu, termasuk satu hal yang akan saya bahas di postingan kali ini.

Iya, saya baru saja melangsungkan pernikahan dengan Mas Wima, pada bulan September 2016 lalu. Rasanya masih agak nggak percaya juga, karena dulu sempat kepikiran kalau akan menjalin hubungan serius setelah lulus S2. Tapi, emang jodoh nggak kemana ya, hehe.

Di postingan kali ini saya akan membahas tentang persiapan yang kami lakukan selama menuju pernikahan. Harapan saya sih, bisa untuk sharing buat teman-teman yang akan melangsungkan pernikahan di Malang, dengan adat jawa lengkap, plus tanpa bantuan WO.


Jadi, apa aja sih yang harus disiapkan (selain menyiapkan mempelai pria, tentu saja. Hehehe.)?

1. Tanggal pemberkatan dan resepsi pernikahan
Karena keluarga saya masih memegang teguh (ceilah) adat jawa, maka hal pertama yang harus ditetapkan adalah tanggal. Dalam hitungan jawa (yang saya juga nggak tau bagaimana cara menghitungnya), tanggal pelaksanaan pemberkatan atau akad sangat krusial, termasuk jam dilangsungkannya pemberkatan. Penentuan tanggal resepsi juga penting, karena biasanya sebelum resepsi dilaksanakan ritual 'temu manten'. Di pernikahan saya, jam 'temu manten' ini juga ditentukan. Konsekuensi penentuan tanggal ini adalah.........

2. Pemilihan gedung
Kalau teman-teman saya yang lain banyak yang menentukan gedung dulu baru menyesuaikan dengan jadwal gedung itu kosong, di keluarga saya justru sebaliknya. Gedung harus mengikuti tanggal yang ditetapkan, dan ternyata ribet bukan main. Kebetulan tanggal yang kami pilih adalah tanggal baik di hitungan jawa, sehingga bisa ditebak bagaimana ruwetnya masalah pergedungan ini. Saya sudah mulai mencari gedung bulan Januari, tapi gedung yang kami incar sudah full semua. Oh ya satu lagi. Ayah saya menginginkan gedung yang bisa dipakai full seharian, dengan alasan agar kami tidak terburu-buru dalam persiapan dan juga apabila pesta dibubarkan tidak sesuai jadwal, tidak diganggu oleh acara di jam berikutnya. Dan susah sekali mencari gedung yang bersedia dibooking seharian, karena mereka tentu akan rugi jika hanya menyewakan sekali dalam sehari. Saya sudah muterin mulai dari Sasana Krida, Taman Krida, Bakorwil, Skodam, VEDC, lalu ke hotel-hotel seperti Savana, Atria, Kartika Graha..semuanya full, atau tidak bisa disewa seharian penuh. Awalnya kami sempat deal dengan gedung VEDC, namun karena miskomunikasi, bulan Maret kami diberi tahu bahwa gedungnya tidak bisa disewa sehari penuh. Akhirnya bulan Maret kami mencari lagi, lalu ketemulah Gedung Graha Tirta di Jalan Bendungan Sengguruh. Gedung ini sebenarnya luas, lebih luas dari Sasana Krida bahkan. Tapi sayangnya, jalan menuju gedung adalah jalan perumahan yang sempit, sehingga agak menyulitkan para tamu. Namun soal kapasitas, dengan tamu undangan saya yang mencapai 1600 orang, tamu undangan tidak terlihat berdesak-desakan saat berada di dalam gedung. Penampakan gedung pada saat acara, akan saya posting di postingan berikutnya ya.

3. Salon
Sejak awal Ibu saya menginginkan bahwa konsep pernikahan ini adalah full jawa, sehingga dari awal sampai akhir, sebisa mungkin menggunakan nuansa jawa, termasuk foto prewedding. Untuk resepsi, saya sempat bingung antara tiga vendor besar di Malang. Namun setelah memilih, untuk resepsi saya menggunakan Didiet Salon , dan untuk prewedding saya menggunakan Gandhi a.k.a Joegandoz. Untuk 2 MUA ini, sebisa mungkin booking dari jauh hari, karena jadwal mereka sangatttt padat. Saya mulai booking Mas Didiet dan Gandhi sekitar bulan Februari.


Di prewedding saya menggunakan 2 konsep. Sebenarnya konsep utamanya adalah nuansa jawa, namun ditambahi juga dengan konsep non-jawa, karena sayang sudah cantik-cantik makeup cuma buat satu sesi saja, hehe. Untuk hasil nggak usah ditanya, Gandhi sangat smooth ngerjainnya.


Hal yang membuat saya dan Ibu klik dengan salon Mas Didiet adalah riasannya yang jawa sekali, namun tidak terlalu medok. Juga dengan bajunya yang pakem jawa, bukan kebaya modern. Semua baju yang saya kenakan adalah dari salon Mas Didiet, kecuali satu kebaya setelah siraman. Di pemberkatan, saya menggunakan adat Jogja putri, sedangkan resepsi menggunakan adat Solo putri. Untuk hasil rias resepsi, akan saya bahas di postingan terpisah.

By the way, satu pengalaman agak traumatik terkait masalah rias ini adalah sanggul. Karena acara saya full dari Kamis-Sabtu dan semuanya memakai sanggul jawa, maka supaya tidak ribet di hari berikutnya, saya nggak boleh keramas selama 2 hari. Bayangkan saja tidur 2 malam dengan sanggul masih berdiri tegak, gimana rasanya hahahaha. Di hari Sabtu, kepala saya sudah pusing luar biasa karena rambut ketarik-tarik selama 3 hari. Setelah resepsi, saya langsung balas dendam. Keramas sampai rambut bersih, dan akhirnya terkapar sakit di tempat tidur sampai hari Minggu, hihi.

4. Katering
Selama rangkaian acara siraman dan resepsi, kami menggunakan katering Sonokembang. Di acara siraman, agak susah mencari katering yang menyediakan 'printilan' siraman, mulai dodol dawet, ubo rampen, sampai tumpeng. Jadi karena alasan kepraktisan, kami menggunakan Sonokembang di acara siraman dan resepsi. Untuk katering resepsi (ini yang paling krusial), akan saya ceritakan di postingan terpisah. Overall, I have no complaints. Makanan sesuai porsi, dan rasanya istimewa.



5. Foto
Untuk vendor foto ini, saya sempat melakukan komparasi hasil foto dan harga paket di beberapa vendor foto Malang. Akhirnya, mendapatkan tim Mas Atam untuk deal di acara saya. Kebetulan, istri Mas Atam adalah senior saya di UKM kampus dulu sehingga komunikasi kami berjalan baik. Untuk hasil foto Mas Atam dan tim, bisa cek di instagram mereka, ocraphoto. Vendor foto di Malang banyak sekali dan kualitasnya rata-rata bagus, sehingga siapa yang akhirnya akan kita hire tergantung dari selera kita terhadap hasil foto vendor yang bersangkutan (dan budget tentunya, hehe). Saya suka dengan hasil foto tim Mas Atam karena pengambilan moment dan filter yang bagus.



6. Dekorasi dan Tenda
Ayah saya adalah orang dekorasi, sehingga beliau sangat cerewet terkait dekorasi acara, termasuk penataan bunga sekalipun. Karena tahu saya suka warna pink, akhirnya diputuskan tema untuk pernikahan ini adalah pink dengan kombinasi abu-abu dan putih. Untuk dekorasi, kami memakai jasa Djoko Dekorasi. Sedangkan tenda dan slayer memakai jasa Global Production. Dekorasi di gedung akan saya bahas di postingan berikutnya.



7. Souvenir
Untuk siraman di rumah, souvenir yang diberikan untuk tamu undangan adalah handuk berbentuk boneka. Souvenir ini kami pesan di toko daerah Pecinan (saya lupa namanya). Sedangkan souvenir resepsi adalah kantong serbaguna, juga akan saya bahas di postingan terpisah. Untuk souvenir, karena vendornya juga banyak, jika mau mendapatkan souvenir yang bagus dan harga yang masuk akal, kita memang harus rajin mencari informasi dan membandingkan. Juga, jangan sampai memesan souvenir terlalu mepet. Jaga-jaga saja misalnya ada hal tidak terduga. Saya memesan ini H-5 bulan sebelum acara.




Semoga review part 1 ini berguna ya. Di postingan selanjutnya saya akan sharing tentang detil-detil resepsi pernikahan, serta apa yang perlu disiapkan. Enjoy.

Thursday, October 15, 2015

Mimpi Bersama

Tulisan ini adalah tulisan bapak yang dibuat oleh beliau sekitar setahun yang lalu. Waktu itu, saya bingung menentukan pilihan pekerjaan yang datang. Saat saya cerita ke bapak tentang kebingungan itu, bapak tidak menjawab, malah langsung menulis ini. Tulisan ini, masih ada di kamar saya sampai sekarang dan menjadi pegangan saya waktu harus memilih satu diantara sekian pilihan.

Seperti yang terjadi sekarang. Kasus saat ini: Memilih prioritas.
Sejak mulai bekerja 1,5 tahun yang lalu, saya sudah mulai merancang hidup saya. Apa yang akan saya lakukan 5-10 tahun ke depan. Di usia saya yang sekarang ini, jika melihat catatan saya kebelakang, tujuan utama adalah melanjutkan sekolah. Sejauh mungkin. Ada mimpi-mimpi yang ingin saya bangun dari sana. Dari 1,5 tahun lalu, saya sudah jungkir balik untuk menyiapkannya (dan yeah, sampai sekarang masih menemui jalan buntu). Target saya, saya tidak akan menyerah, paling tidak sampai pertengahan tahun depan. Pas dengan masa kerja 2 tahun.

Tapi, ternyata saya tidak memperhitungkan faktor lain yang kemungkinan besar bisa mengganggu rencana saya ini. Untungnya, gangguan yang datang adalah gangguan yang menyenangkan, yang saya tidak sabar untuk segera memulainya. Walaupun menyenangkan, tapi kembali lagi, apakah saya sudah siap melepaskan mimpi saya? (Mungkin lebih tepatnya bukan melepaskan sih, tapi mereduksi) Apakah saya sudah siap mengkhianati usaha selama 1,5 tahun ini? Apakah keputusan ini akan worth the pain?

Sampai akhirnya saya menemukan postingan blog Falla Adinda ini. Bahwa 'grow old together with someone whom you really love' tidak seharusnya menjadi akhir, tapi fase kehidupan yang mungkin saja memang harus saya lalui lebih awal dari rencana saya sebelumnya. Tidak menghentikan mimpi, tapi menjadikannya mimpi bersama.


Semoga semua dilancarkan :)

Tuesday, September 29, 2015

Maze Runner

Current time: 9.23. 20 minutes before my class.
And here I am, with many thoughts crossed over my mind, like there is a mind-maze inside, and don't ask me to solve those, I don't even know how to begin.

People say that too much worry will kill you. Maybe they're right, but you just can't stop for being worry.

Well, instead of blabbing here, maybe I should start to run around the maze and find the answer.

Monday, September 7, 2015

For The First Time

Dulu, ketakutan terbesarku setelah harus mengakhiri hubungan dengan mantan-nomor-lima adalah aku, dengan tanpa daya, pada akhirnya harus menikah dengan laki-laki pilihan orangtua yang sebenarnya aku nggak sreg-sreg amat. Karena aku apatis ada orang yang bisa ngerti aku di umur segini masih baca Miiko, ngefans Iron Man, ambisiku untuk sekolah lagi, sampe dengan segala kebandelanku yang suka ngabur gak jelas.
Tapi ternyata, justru disaat kepasrahan itu melanda, Tuhan justru kirim seseorang yang, well, I must say, beyond my expectation. Baik banget ya?

Dan memang, selalu ada yang pertama untuk segala hal.
Pertama kalinya aku lihat bapak dengan semangat 45 ngajak dia untuk ngobrol tentang mobil (yang kebetulan memang hobi mereka berdua). Pertama kali 'menitipkan' aku ke orang lain dengan berkata 'Kalo di Surabaya kamu bingung, telpon masmu aja.'
Pertama kalinya aku lihat ibu panik whatsapp dan menelpon dia untuk menjemputku pulang dari lokasi penelitian malam-malam. Mengkhawatirkan apakah setelah mengantarku, dia sudah sampai di rumah atau belum.
Pertama kalinya adik, yang sebelumnya selalu ogah kalo aku peluk, tiba-tiba ngerangkul aku dan bilang 'Abis ini kamu pergi ya mbak..'
Dan pertama kalinya juga, aku merasa yakin bahwa dia akan menjagaku, ah no, menjaga keluarga kami dengan baik.
Karena nggak ada yang lebih keren lagi dibanding laki-laki yang bertanggung jawab pada keluarga kan?



Counting the days till we tied the knot :)

Monday, July 13, 2015

Bentuk yang Lain

Jadi, sudah beberapa waktu belakangan, saya balik lagi ke hobi awal: baca buku. Hobi ini sempat tergerus oleh drama-drama Korea (masih belum nonton The Producer nih :() dan variety show Korea (Running Man semakin membosankan, menurut saya). So, karena adanya peer and work pressure - secara kerja juga di lingkungan akademis jadi kalo ga baca banyak akan semakin terlihat bego - saya mulai baca-baca lagi, baik yang berhubungan dengan ilmu komunikasi atau yang lain.

Suatu hari, ada teman (bukan teman hidup, red) menitip dicarikan buku ke Pasar Buku Wilis ke toko langganannya. Buku yang dia cari nggak dapat, malah saya yang sibuk sendiri cari-cari buku. Di toko ini, mostly menjual buku yang nggak umum alias jarang ada di toko buku lain. Setelah ngubek-ngubek, akhirnya saya beli buku 'Dunia, Manusia, dan Tuhan', buku antologi tentang filsafat ketuhanan. Buku ini merupakan kumpulan artikel dari para pastor SJ (Serikat Jesuit) tentang agama dari sudut pandang filsafat. On the other topic, kalau berbicara tentang ordo Serikat Jesuit, sejauh yang saya tahu, Romo-Romo yang berada di bawahnya memang banyak yang fokus ke ajaran filsafat (tanpa mengesampingkan teologi (?)). Salah satunya adalah Romo Haryatmoko - yang untungnya saya pernah bertemu langsung - waktu itu saya hadir di kuliah umum beliau tentang wacana kekuasaan Michael Foucault.

Dari sekian banyak tulisan, ada satu tulisan yang menarik perhatian saya (atau lebih tepatnya sih yang saya mengerti, karena lainnya terlalu rumit) dan memberikan gambaran secara gamblang tentang apa yang menjadi keresahan buku ini. Dalam artikel yang berjudul 'Manusia dalam Ateisme Modern', Romo Tjahjadi mengupas tentang pemikiran ateisme dari the founding fathers : Marx, Feuerbach, Sartre sekaligus antitesis yang beliau wacanakan. Sintesis yang saya temukan adalah, bahwa sebenarnya ateisme adalah bentuk agama yang lain. Istilah gampangnya, men-Tuhankan manusia. Lalu saya jadi berpikir, apa bedanya pemeluk-agama-tertentu fanatik dan ateis fanatik? Tidak ada. Keduanya sama-sama mengimani sosok/rupa/bentuk tertentu sebagai 'penanggungjawab' akan apa yang terjadi di alam semesta. Tuhan versus ilmu (yang jelas merupakan hasil konstruksi manusia). Tapi, kembali lagi ke tesis yang diajukan Feuerbach: bukankah Tuhan juga merupakan konstruksi pikiran manusia?


Memikirkan ini, kok jadinya setara dengan pertanyaan 'duluan ayam atau telur ya?'