Thursday, October 15, 2015

Mimpi Bersama

Tulisan ini adalah tulisan bapak yang dibuat oleh beliau sekitar setahun yang lalu. Waktu itu, saya bingung menentukan pilihan pekerjaan yang datang. Saat saya cerita ke bapak tentang kebingungan itu, bapak tidak menjawab, malah langsung menulis ini. Tulisan ini, masih ada di kamar saya sampai sekarang dan menjadi pegangan saya waktu harus memilih satu diantara sekian pilihan.

Seperti yang terjadi sekarang. Kasus saat ini: Memilih prioritas.
Sejak mulai bekerja 1,5 tahun yang lalu, saya sudah mulai merancang hidup saya. Apa yang akan saya lakukan 5-10 tahun ke depan. Di usia saya yang sekarang ini, jika melihat catatan saya kebelakang, tujuan utama adalah melanjutkan sekolah. Sejauh mungkin. Ada mimpi-mimpi yang ingin saya bangun dari sana. Dari 1,5 tahun lalu, saya sudah jungkir balik untuk menyiapkannya (dan yeah, sampai sekarang masih menemui jalan buntu). Target saya, saya tidak akan menyerah, paling tidak sampai pertengahan tahun depan. Pas dengan masa kerja 2 tahun.

Tapi, ternyata saya tidak memperhitungkan faktor lain yang kemungkinan besar bisa mengganggu rencana saya ini. Untungnya, gangguan yang datang adalah gangguan yang menyenangkan, yang saya tidak sabar untuk segera memulainya. Walaupun menyenangkan, tapi kembali lagi, apakah saya sudah siap melepaskan mimpi saya? (Mungkin lebih tepatnya bukan melepaskan sih, tapi mereduksi) Apakah saya sudah siap mengkhianati usaha selama 1,5 tahun ini? Apakah keputusan ini akan worth the pain?

Sampai akhirnya saya menemukan postingan blog Falla Adinda ini. Bahwa 'grow old together with someone whom you really love' tidak seharusnya menjadi akhir, tapi fase kehidupan yang mungkin saja memang harus saya lalui lebih awal dari rencana saya sebelumnya. Tidak menghentikan mimpi, tapi menjadikannya mimpi bersama.


Semoga semua dilancarkan :)

Tuesday, September 29, 2015

Maze Runner

Current time: 9.23. 20 minutes before my class.
And here I am, with many thoughts crossed over my mind, like there is a mind-maze inside, and don't ask me to solve those, I don't even know how to begin.

People say that too much worry will kill you. Maybe they're right, but you just can't stop for being worry.

Well, instead of blabbing here, maybe I should start to run around the maze and find the answer.

Monday, September 7, 2015

For The First Time

Dulu, ketakutan terbesarku setelah harus mengakhiri hubungan dengan mantan-nomor-lima adalah aku, dengan tanpa daya, pada akhirnya harus menikah dengan laki-laki pilihan orangtua yang sebenarnya aku nggak sreg-sreg amat. Karena aku apatis ada orang yang bisa ngerti aku di umur segini masih baca Miiko, ngefans Iron Man, ambisiku untuk sekolah lagi, sampe dengan segala kebandelanku yang suka ngabur gak jelas.
Tapi ternyata, justru disaat kepasrahan itu melanda, Tuhan justru kirim seseorang yang, well, I must say, beyond my expectation. Baik banget ya?

Dan memang, selalu ada yang pertama untuk segala hal.
Pertama kalinya aku lihat bapak dengan semangat 45 ngajak dia untuk ngobrol tentang mobil (yang kebetulan memang hobi mereka berdua). Pertama kali 'menitipkan' aku ke orang lain dengan berkata 'Kalo di Surabaya kamu bingung, telpon masmu aja.'
Pertama kalinya aku lihat ibu panik whatsapp dan menelpon dia untuk menjemputku pulang dari lokasi penelitian malam-malam. Mengkhawatirkan apakah setelah mengantarku, dia sudah sampai di rumah atau belum.
Pertama kalinya adik, yang sebelumnya selalu ogah kalo aku peluk, tiba-tiba ngerangkul aku dan bilang 'Abis ini kamu pergi ya mbak..'
Dan pertama kalinya juga, aku merasa yakin bahwa dia akan menjagaku, ah no, menjaga keluarga kami dengan baik.
Karena nggak ada yang lebih keren lagi dibanding laki-laki yang bertanggung jawab pada keluarga kan?



Counting the days till we tied the knot :)

Monday, July 13, 2015

Bentuk yang Lain

Jadi, sudah beberapa waktu belakangan, saya balik lagi ke hobi awal: baca buku. Hobi ini sempat tergerus oleh drama-drama Korea (masih belum nonton The Producer nih :() dan variety show Korea (Running Man semakin membosankan, menurut saya). So, karena adanya peer and work pressure - secara kerja juga di lingkungan akademis jadi kalo ga baca banyak akan semakin terlihat bego - saya mulai baca-baca lagi, baik yang berhubungan dengan ilmu komunikasi atau yang lain.

Suatu hari, ada teman (bukan teman hidup, red) menitip dicarikan buku ke Pasar Buku Wilis ke toko langganannya. Buku yang dia cari nggak dapat, malah saya yang sibuk sendiri cari-cari buku. Di toko ini, mostly menjual buku yang nggak umum alias jarang ada di toko buku lain. Setelah ngubek-ngubek, akhirnya saya beli buku 'Dunia, Manusia, dan Tuhan', buku antologi tentang filsafat ketuhanan. Buku ini merupakan kumpulan artikel dari para pastor SJ (Serikat Jesuit) tentang agama dari sudut pandang filsafat. On the other topic, kalau berbicara tentang ordo Serikat Jesuit, sejauh yang saya tahu, Romo-Romo yang berada di bawahnya memang banyak yang fokus ke ajaran filsafat (tanpa mengesampingkan teologi (?)). Salah satunya adalah Romo Haryatmoko - yang untungnya saya pernah bertemu langsung - waktu itu saya hadir di kuliah umum beliau tentang wacana kekuasaan Michael Foucault.

Dari sekian banyak tulisan, ada satu tulisan yang menarik perhatian saya (atau lebih tepatnya sih yang saya mengerti, karena lainnya terlalu rumit) dan memberikan gambaran secara gamblang tentang apa yang menjadi keresahan buku ini. Dalam artikel yang berjudul 'Manusia dalam Ateisme Modern', Romo Tjahjadi mengupas tentang pemikiran ateisme dari the founding fathers : Marx, Feuerbach, Sartre sekaligus antitesis yang beliau wacanakan. Sintesis yang saya temukan adalah, bahwa sebenarnya ateisme adalah bentuk agama yang lain. Istilah gampangnya, men-Tuhankan manusia. Lalu saya jadi berpikir, apa bedanya pemeluk-agama-tertentu fanatik dan ateis fanatik? Tidak ada. Keduanya sama-sama mengimani sosok/rupa/bentuk tertentu sebagai 'penanggungjawab' akan apa yang terjadi di alam semesta. Tuhan versus ilmu (yang jelas merupakan hasil konstruksi manusia). Tapi, kembali lagi ke tesis yang diajukan Feuerbach: bukankah Tuhan juga merupakan konstruksi pikiran manusia?


Memikirkan ini, kok jadinya setara dengan pertanyaan 'duluan ayam atau telur ya?'

Sunday, July 12, 2015

Mantra

Jika kebodohan dapat membuatku
jatuh berkali-kali ke lenganmu
aku akan memilih
jadi tua dan dungu


(Andi Gunawan dalam 'hap!')

Sunday, June 28, 2015

I Don't Really Agree with John Mayer

It's really over, you made your stand
You got me crying, as was your plan
But when my loneliness is through, I'm gonna find another you

You take your sweaters
You take your time
You might have your reasons but you will never have my rhymes
I'm gonna sing my way away from blue
I'm gonna find another you

When I was your lover
No one else would do
If I'm forced to find another, I hope she looks like you
Yeah and she's nicer too

So go on baby
Make your little get away
My pride will keep me company
And you just gave yours all away
Now I'm gonna dress myself for two
Once for me and once for someone new
I'm gonna do somethings you wouldn't let me do
Oh I'm gonna find another you

Sunday, May 31, 2015

Sure Thing


And I feel like I slapped right in the face.
Maybe because I'm including in the term he referred to.